Others
Memahami Teori Dasar Keuangan untuk UMKM Makanan: Studi Kasus Keripik Ubi
Untuk menjalankan bisnis UMKM yang sukses, pemahaman teori dasar keuangan sangat penting. Pengetahuan mengenai konsep-konsep seperti Harga Pokok Produksi (HPP) atau Cost of Goods Manufactured (COGM), Break Even Point (BEP), Return on Investment (ROI), dan Payback Period (PB) memungkinkan UMKM untuk menganalisis dan mengelola keuangan usaha dengan lebih baik.
Magfood selalu berupaya memberikan peran terhadap kelangsungan usaha masyarakat terutama UMK, salah satunya dengan cara mengadakan berbagai seminar dan pelatihan.
Kali ini, Magfood akan membahas teori-teori dasar keuangan dengan contoh praktis produksi keripik ubi yang juga dipaparkan pada Pelatihan Wirausaha Produksi Aneka Snack Magfood, sehingga dapat diterapkan langsung oleh pelaku UMKM makanan.
- Cost of Goods Manufactured (COGM) atau Harga Pokok Produksi
COGM atau HPP adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang siap dijual, termasuk bahan baku dan kemasan. Menentukan COGM penting karena berfungsi sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan menghitung laba.Contoh COGM Keripik Ubi
Pada contoh produksi keripik ubi, biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku adalah sebagai berikut:Bahan Baku Harga/kg Pemakaian (%) Berat (kg) Harga Pokok Ubi jalar mentah 20.000 69,7% 0,70 14.000 Minyak goreng 42.000 23,9% 0,24 10.080 Baking powder 35.000 0,5% 0,005 175 Bumbu asin gurih 54.000 6,0% 0,06 3.240 Total Bahan Baku – 100% 1,0 27.320
COGM per kilogram keripik ubi: Rp27.320
Jika ditambah biaya kemasan plastik sebesar Rp2.500, total COGM per kilogram menjadi:Total COGM per kilogram keripik ubi = Rp27.320 + Rp2.500 = Rp29.820
- Harga Jual dan Laba Kotor
Untuk menghitung laba kotor, harga jual harus lebih tinggi dari COGM. Misalnya, jika harga jual per kilogram adalah Rp70.000, maka laba kotor dihitung sebagai berikut:
Laba Kotor = Harga Jual – COGM
Laba Kotor per kilogram = Rp70.000 – Rp29.820 = Rp40.180
Persentase Laba Kotor = (Laba Kotor / Harga Jual) x 100%
Persentase Laba Kotor ≈ 57,4%
Dengan laba kotor ini, UMKM bisa mengidentifikasi besaran keuntungan yang diperoleh per kilogram keripik ubi.
- Break Even Point (BEP) atau Titik Impas
BEP adalah titik di mana usaha tidak mengalami untung atau rugi, artinya pendapatan sudah cukup untuk menutupi seluruh biaya atau umumnya disebut balik modal. BEP membantu pelaku usaha menentukan jumlah minimal produk yang harus dijual agar tidak merugi.
Cara Menghitung BEP
BEP dapat dihitung dengan rumus berikut:
BEP= Biaya Tetap / [1−(Biaya Variabel/Penjualan)]
Dari contoh di atas:- Biaya tetap untuk usaha keripik ubi adalah Rp8.295.542.
- Biaya variabel (total biaya produksi) = Rp19.951.182.
- Total penjualan = Rp43.541.667.
Maka, perhitungan BEP menjadi:
- BEP=8.295.542 / [1 − (19.951.182 / 43.541.667)] = 15.311.330Ini berarti titik impas tercapai ketika pendapatan penjualan mencapai Rp15.311.330. Dengan mengetahui BEP, UMKM bisa menetapkan target penjualan untuk menutupi seluruh biaya.
- Return on Investment (ROI) atau Pengembalian Investasi
ROI adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat keuntungan dari modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi ROI, semakin cepat investasi dapat memberikan keuntungan. ROI dihitung dengan rumus berikut:ROI = (Total Penjualan – Investasi) / Investasi × 100%Pada contoh keripik ubi, total investasi adalah Rp7.093.000, dan total penjualan Rp43.541.667. Maka:ROI = (43.541.667−7.093.000) / 7.093.000×100% ≈ 5,14%
Artinya, investasi tersebut menghasilkan ROI sebesar 5,14% dalam periode waktu yang dihitung. ROI ini membantu UMKM menilai apakah investasi tersebut layak dan memberikan keuntungan yang diharapkan.
- Payback Period (PB) atau Periode Pengembalian Modal
Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi melalui laba yang dihasilkan. Semakin cepat PB tercapai, semakin cepat pula UMKM memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan. PB dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan laba bersih:PB = Total Biaya Produksi / Laba Bersih Dari contoh kasus, total biaya produksi per bulan adalah Rp19.951.182 dan laba bersihnya adalah Rp15.294.943, maka PB-nya:PB = 19.951.182 / 15.294.943 ≈ 1,30
Dengan Payback Period 1,30 bulan, modal investasi bisa kembali dalam waktu sekitar 1 hingga 2 bulan.
- Penjualan Kotor (Gross Sales) dan Penjualan Bersih (Net Sales)
Penjualan Kotor atau Gross Sales adalah jumlah total pendapatan dari penjualan sebelum diskon atau potongan lainnya. Penjualan Bersih atau Net Sales adalah hasil setelah mengurangi diskon atau promosi.Dalam konteks UMKM, memberikan diskon adalah strategi pemasaran yang penting, tetapi diskon perlu dijaga agar tidak terlalu besar sehingga mengurangi keuntungan.
- Laba Kotor dan Laba Bersih
Laba Kotor diperoleh dengan mengurangi biaya produksi dari total penjualan:
Laba Kotor = Total Penjualan − Total Biaya ProduksiDari contoh keripik ubi, total penjualan adalah Rp43.541.667 dan total biaya produksi Rp19.951.182, sehingga laba kotor adalah:Laba Kotor = 43.541.667 − 19.951.182 = 23.590.485
Setelah itu, Laba Bersih dihitung dengan mengurangi laba kotor dengan biaya tetap:
Laba Bersih = Laba Kotor − Biaya Tetap
Dari contoh, laba kotor Rp23.590.485 dan total biaya tetap Rp8.295.542, sehingga laba bersih adalah:
Laba Bersih = 23.590.485 − 8.295.542 = 15.294.943
Persentase Laba Bersih
Laba bersih dalam persentase dihitung sebagai berikut:
Laba Bersih (%) = Laba Bersih / Total Penjualan x 100\%
Dengan laba bersih Rp15.294.943 dan total penjualan Rp43.541.667:
Laba Bersih (%) ≈ 35,13%
Pemahaman terhadap dasar-dasar keuangan seperti COGM, BEP, ROI, dan PB sangat membantu dalam merencanakan strategi keuangan bagi UMKM, khususnya di industri makanan. Dengan contoh produksi keripik ubi, UMKM bisa memperoleh gambaran jelas mengenai biaya produksi, laba yang diharapkan, serta strategi pengembalian modal investasi.
Magfood: Solusi Food Seasoning untuk Usaha Anda
Magfood merupakan produsen bumbu tabur, bumbu masak, dan premix yang tersertifikasi CPPOB, sudah mengantongi izin edar BPOM, Halal, dan sertifikat HACCP. Melalui divisi research & development (R&D) yang mampu memformulasikan dan mengembangkan resep-resep dengan rasa dan tren terbaru serta berkualitas tinggi, Magfood mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional.
Kelebihan Bumbu Tabur Magfood untuk Keripik dan Berbagai Snack
- Bersertifikat BPOM, HALAL MUI, CPPOB (Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points)
- 100% Buatan Indonesia
- Tersedia varian tanpa penguat rasa dan Tanpa bahan pengawet
- Tersedia lebih dari 100 rasa ready stock
- Variasi kemasan 100gr, 500gr, 1kg, 20kg
- Lebih mudah menempel pada produk sehingga menghemat pemakaian
Formulasi Khusus dan Private Label
Magfood food seasoning bisa diformulasi khusus (custom) dan dibuat private label untuk mendapatkan produk dengan rasa dan harga yang disesuaikan dengan usaha Anda, sehingga makanan dan minuman yang Anda pasarkan punya “keunikan rasa” tersendiri yang berbeda dengan kompetitor, memiliki daya saing (competitive advantage) dan bisa disesuaikan dengan strategi positioning yang ditetapkan.
Coaching Clinic Magfood: Pendampingan Usaha Makanan dari Praktisi Berpengalaman
Magfood menyediakan jasa coaching clinic untuk meningkatkan bisnis dan produk makanan. Ini dia syarat dan ketentuannya.
- 1 sesi Coaching Clinic terdiri dari 1 sesi konsultasi dengan ahli dari Magfood (bisa dihadiri sendiri atau bersama tim, online maupun offline)
- 1 sesi coaching Clinic dilaksanakan maksimal 90 menit
- Coaching Clinic membahas 1 topik yang disepakati
- Coaching Clinic bisa dimulai 3 hari setelah konfirmasi pembayaran
- Minimal 3 sesi Coaching clinic per usaha
- Hubungi 0855 8800 780 atau 0811 1397 161
Magfood Inovasi Pangan
Jl. Duren Tiga Raya No. 46, Pancoran, Jakarta Selatan – Indonesia 12760
Telp : +6221-791 93162 (ext 101)
+6221 791 95 134
Fax : +6221-791 95364
Leave a reply